Tak Cuma Kulit Kering, Terus Terpapar AC Bisa Berdampak Serius
Hidup di kota besar pasti tidak bisa lepas dari pendingin ruangan (AC) yang membuat orang merasa sedikit nyaman karena udara di luar yang sangat panas. Tapi penggunaan pendingin ruangan secara terus menerus ternyata bisa berbahaya.
Bekerja seharian di ruang yang menggunakan pendingin ruangan saat ini sudah seperti kewajiban sejak beberapa tahun terakhir. Hal ini disebabkan semakin panasnya suhu udara yang diakibatkan oleh pemanasan global. Padahal penggunaan pendingin ruangan juga salah satu penyebab terjadinya pemanasan global karena menipisnya lapisan ozon.
Para pekerja yang bekerja di dalam ruangan tertutup lebih terpapar oleh polutan yang berada di dalam ruangan. Polutan tersebut berasal dari penggunaan bahan bangunan sintetis yang terus meningkat serta bisa juga berasal dari perawatan pribadi orang tersebut dan produk-produk rumah tangga lainnya yang mengandung berbagai macam zat kimia.
Pada gedung tertutup yang menggunakan pendingin udara, maka sirkulasi udaranya hanya berputar di sekitar tempat yang itu-itu saja dan ditambah adanya polutan pada udara yang sama. Hal ini bisa memicu timbulnya Sick Building Syndrome. Sindrom ini bisa mengakibatkan infeksi saluran pernafasan serta dapat memperburuk penderita penyakit asma dan alergi akibat udara yang kotor.
Gejala yang ditimbulkan dari sindrom ini adalah sakit kepala, pusing, sinus dengan hidung tersumbat, gatal-gatal, mata mudah merah dan berair, gatal tenggorokan, mual, lesu dan sulit untuk berkonsentrasi. Jika tidak segera ditangani maka bisa menimbulkan penyakit yang lebih serius. Selain itu penggunaan pendingin ruangan yang terus menerus bisa membuat kulit menjadi kering dan tubuh kehilangan cairan.
Beberapa hal yang harus diingat jika menggunakan pendingin ruangan yang terus menerus, seperti diberitakan dari Health24:
Pada gedung tertutup yang menggunakan pendingin udara, maka sirkulasi udaranya hanya berputar di sekitar tempat yang itu-itu saja dan ditambah adanya polutan pada udara yang sama. Hal ini bisa memicu timbulnya Sick Building Syndrome. Sindrom ini bisa mengakibatkan infeksi saluran pernafasan serta dapat memperburuk penderita penyakit asma dan alergi akibat udara yang kotor.
Gejala yang ditimbulkan dari sindrom ini adalah sakit kepala, pusing, sinus dengan hidung tersumbat, gatal-gatal, mata mudah merah dan berair, gatal tenggorokan, mual, lesu dan sulit untuk berkonsentrasi. Jika tidak segera ditangani maka bisa menimbulkan penyakit yang lebih serius. Selain itu penggunaan pendingin ruangan yang terus menerus bisa membuat kulit menjadi kering dan tubuh kehilangan cairan.
Beberapa hal yang harus diingat jika menggunakan pendingin ruangan yang terus menerus, seperti diberitakan dari Health24:
- Rajin memeriksakan kebersihan dari pendingin ruangan seperti mengecek kadar freon secara teratur.
- Gunakan sistem filtrasi yang bisa menghilangkan beberapa polutan, sehingga mengurangi efek yang tidak bagus bagi pemakainya.
- Konsumsi cairan yang cukup sehingga tubuh tidak mengalami dehidrasi.
- Jika memiliki masalah kesehatan serius yang berhubungan dengan pendingin ruangan, segera diobati dan cari tahu apa penyebabnya.
- Untuk itu rawatlah pendingin ruangan dengan baik, supaya tidak menimbulkan masalah bagi pemakainya. Serta berhematlah dalam penggunaanya agar lapisan ozon tidak semakin menipis sehingga memperlambat terjadinya pemanasan global.
Selama ini banyak pemberitaan menyebutkan bahwa radikal bebas berasal dari polusi udara jalanan, baik yang ditimbulkan oleh pabrik maupun kendaraan bermotor. Kenyataannya, radikal bebas juga mengancam pekerja kantoran. Terutama pekerja aktif yang menghabiskan sebagian besar waktu di dalam ruangan ber-AC. Udara di lingkungan kerja belum tentu bersih dari radikal bebas yang dapat dengan mudah masuk ke dalam tubuh.
"Akumulasi radikal bebas yang masuk ke dalam tubuh manusia tanpa disadari dapat menimbulkan berbagai penyakit, baik dalam jangka pendek maupun panjang. Karena itu, penting untuk menjaga kesehatan tubuh dengan mengonsumsi makanan bergizi dan olahraga untuk meningkatkan kekebalan tubuh terhadap radikal bebas," kata dr Handy Purnama, Medical Marketing Manager Bayer Healthcare Consumer Care, dalam media edukasi tentang kekebalan tubuh, di Jakarta, belum lama ini.
Ia memaparkan fakta bahwa sekitar 50 persen pekerja kantoran menderita sick building syndrome (SBS) akibat sering terpapar radikal bebas. Gangguan kesehatan yang timbul antara lain pusing, diare, dan iritasi mata.
"Gangguan tersebut datang dari alat kantor yang biasa digunakan, seperti mesin fotokopi, air conditioner, dan kertas. Semuanya berpengaruh pada produktivitas tubuh manusia," ujarnya.
Dijelaskan, radikal bebas bisa diterjemahkan menjadi sebuah senyawa reaktif yang berasal dari dalam tubuh sebagai hasil metabolisme atau akibat terpapar dari lingkungan luar. Senyawa ini memiliki ekstra-energi yang banyak sehingga cenderung tidak stabil. Karena elektronnya tidak berpasangan, dia akan terus-menerus mencari pasangan.
"Saat berada di dalam tubuh dan beraksi pada sel-sel, maka hanya ada dua kemungkinan. Sel tersebut mati atau berubah karakter menjadi sesuatu yang biasa disebut kanker. Jadi, radikal bebas ini saya analogikan sebagai janda kembang cantik yang merusak rumah tangga orang," kata dr Handy Purnama.
Radikal bebas ini bisa saja berasal dari radiasi sinar ultraviolet, metabolisme dalam tubuh, radiasi ion, asap rokok, asap kendaraan bermotor, dan udara yang tidak sehat. "Bahkan, WHO sudah mencatat bahwa setiap tahun ada tiga juta orang di dunia ini yang meninggal karena polusi udara," ujar Handy. Bahan inilah juga yang patut bertanggung jawab atas timbulnya penyakit lever, jantung koroner, katarak, penyakit hati, dan dicurigai berpengaruh pada proses penuaan dini.
Ditambahkan, saat berada dalam suatu ruangan tertutup (tanpa jendela dan hanya mengandalkan AC), radikal bebas ini ikut terbawa oleh orang-orang yang telah terpapar sebelumnya ketika beraktivitas di luar ruangan. Ketika orang tersebut menyibakkan jaketnya yang telah tertempel polusi-polusi kendaraan bermotor atau saat dia bersin, radikal bebas itu akan terus berputar dalam udara yang bakal kita hirup. Kesehatan pun akan cenderung terganggu ketika berlama-lama berada dalam sebuah ruangan.
Sementara itu, Dr Budi Haryono, Ketua Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI), memaparkan hasil penelitiannya selama enam bulan, Juli-Desember 2008, terhadap 350 karyawan dari 18 perusahaan. Hasilnya, 50 persen orang yang bekerja dalam gedung perkantoran cenderung mengalami SBS. Keluhannya berupa sakit kepala, mudah lelah, gejala seperti flu, sesak napas, mata berair, sering bersin, hidung tersumbat, dan tenggorokan gatal. "Sebenarnya ini semua berawal dari pernapasan dan kualitas udara," kata Budi.
Budi menjelaskan, setiap tiga detik, manusia pasti akan menghirup udara untuk bernapas. Sekali tarikan napas, sebanyak 500 mililiter udara terhirup. Selama satu menit kita bernapas sekitar 20 kali. Bisa dibayangkan akibatnya jika udara yang masuk ke dalam tubuh sudah terpolusi. Udara yang tidak sehat dengan partikel-partikel polusi sebesar 10 mikron bisa mengakibatkan berbagai infeksi saluran pernapasan akut (ISPA). Tetapi, bagi partikel polusi yang lebih kecil (2,5 mikron), bakal masuk ke paru-paru dan menjadi penyebab penyakit asma.
Udara yang tidak sehat itu terjadi karena adanya kontaminasi dengan sumber-sumber polutan seperti asap rokok, ozon yang berasal dari mesin fotokopi dan printer, volatile organics compounds (sebuah bahan kimia organik berbentuk gas) yang berasal dari karpet, perabotan cat, bahan pembersih, dan dari debu atau karbon yang menempel.
"Bayangkan saja, jika delapan jam berada di ruang tertutup dengan sirkulasi udara yang kurang baik, udara kotor itu akan berputar terus-menerus dan menjadi sumber oksigen utama yang kita hirup. Bahkan, jika ada orang bersin, bakteri-bakteri yang dia keluarkan bisa berputar saja di ruangan tertutup itu," kata dr Budi.
Faktor lain yang menyebabkan SBS, menurut Budi, adanya partikel ozon dan karbon yang terbentuk dari alat-alat elektronik seperti printer atau alat fotokopi. "Alat elektronik itu banyak menggunakan sinar dan energi panas sehingga terbentuknya ozon dan karbon menjadi lebih banyak," ujarnya.
Bahan-bahan ini bisa mengganggu proses pernapasan normal, menyebabkan iritasi mata, untuk kadar 0,3 ppm terjadi iritasi hidung dan tenggorokan, kadar 1,0 sampai 3,0 ppm selama dua jam pada orang sensitif bisa mengakibatkan pusing dan kehilangan koordinasi, lalu pada kebanyakan orang yang terpapar pada kadar 9,0 ppm akan mengakibatkan edema pulmonari.
Menurut Budi, perhatikan pula debu-debu yang menempel pada barang-barang atau kertas-kertas yang tidak tersentuh di kolong-kolong meja kerja. Selain itu debu juga banyak beredar karena saluran udara atau AC yang jarang dibersihkan. Debu-debu ini juga membawa partikel-partikel yang bisa mengganggu kesehatan.
Lalu bagaimana solusi untuk sehat? Budi mengatakan, jika memungkinkan, buka pintu atau jendela di pagi hari sebelum polusi udara di luar tinggi untuk memberi udara segar masuk. Minimalkan penggunaan pengharum ruangan atau larutan pencuci karpet yang baunya cukup tajam.
Selain itu, mintalah pada manajemen gedung untuk meningkatkan perawatan gedung sehingga karpet, perabot, serta meja dan kursi di kantor tidak terlalu berdebu. Hindari pula menyalakan AC secara nonstop dan penyemprotan pewangi ruangan secara berlebihan.
"Sesekali, istirahatkan AC agar kuman tidak keenakan berkembang biak di tempat lembap ini. Mintalah kepada pengurus gedung agar membuka jendela lebar-lebar beberapa menit sebelum AC dinyalakan. Biarkan sinar matahari masuk ke dalam ruangan karena panasnya akan membunuh sebagian besar kuman," ujarnya.
Penting pula untuk memajang tanaman hias di sekitar ruangan serta meja kerja. Sebab, tanaman hias dalam ruangan terbukti mampu menguraikan udara tercemar dalam gedung. Tanaman yang bisa dipilih di antaranya bonsai beringin (Ficus menyamina), palem-paleman (Rhapis), jenis-jenis kaktus kecil (cactus), atau tanaman lidah mertua (Sanseviera)
"Akumulasi radikal bebas yang masuk ke dalam tubuh manusia tanpa disadari dapat menimbulkan berbagai penyakit, baik dalam jangka pendek maupun panjang. Karena itu, penting untuk menjaga kesehatan tubuh dengan mengonsumsi makanan bergizi dan olahraga untuk meningkatkan kekebalan tubuh terhadap radikal bebas," kata dr Handy Purnama, Medical Marketing Manager Bayer Healthcare Consumer Care, dalam media edukasi tentang kekebalan tubuh, di Jakarta, belum lama ini.
Ia memaparkan fakta bahwa sekitar 50 persen pekerja kantoran menderita sick building syndrome (SBS) akibat sering terpapar radikal bebas. Gangguan kesehatan yang timbul antara lain pusing, diare, dan iritasi mata.
"Gangguan tersebut datang dari alat kantor yang biasa digunakan, seperti mesin fotokopi, air conditioner, dan kertas. Semuanya berpengaruh pada produktivitas tubuh manusia," ujarnya.
Dijelaskan, radikal bebas bisa diterjemahkan menjadi sebuah senyawa reaktif yang berasal dari dalam tubuh sebagai hasil metabolisme atau akibat terpapar dari lingkungan luar. Senyawa ini memiliki ekstra-energi yang banyak sehingga cenderung tidak stabil. Karena elektronnya tidak berpasangan, dia akan terus-menerus mencari pasangan.
"Saat berada di dalam tubuh dan beraksi pada sel-sel, maka hanya ada dua kemungkinan. Sel tersebut mati atau berubah karakter menjadi sesuatu yang biasa disebut kanker. Jadi, radikal bebas ini saya analogikan sebagai janda kembang cantik yang merusak rumah tangga orang," kata dr Handy Purnama.
Radikal bebas ini bisa saja berasal dari radiasi sinar ultraviolet, metabolisme dalam tubuh, radiasi ion, asap rokok, asap kendaraan bermotor, dan udara yang tidak sehat. "Bahkan, WHO sudah mencatat bahwa setiap tahun ada tiga juta orang di dunia ini yang meninggal karena polusi udara," ujar Handy. Bahan inilah juga yang patut bertanggung jawab atas timbulnya penyakit lever, jantung koroner, katarak, penyakit hati, dan dicurigai berpengaruh pada proses penuaan dini.
Ditambahkan, saat berada dalam suatu ruangan tertutup (tanpa jendela dan hanya mengandalkan AC), radikal bebas ini ikut terbawa oleh orang-orang yang telah terpapar sebelumnya ketika beraktivitas di luar ruangan. Ketika orang tersebut menyibakkan jaketnya yang telah tertempel polusi-polusi kendaraan bermotor atau saat dia bersin, radikal bebas itu akan terus berputar dalam udara yang bakal kita hirup. Kesehatan pun akan cenderung terganggu ketika berlama-lama berada dalam sebuah ruangan.
Sementara itu, Dr Budi Haryono, Ketua Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI), memaparkan hasil penelitiannya selama enam bulan, Juli-Desember 2008, terhadap 350 karyawan dari 18 perusahaan. Hasilnya, 50 persen orang yang bekerja dalam gedung perkantoran cenderung mengalami SBS. Keluhannya berupa sakit kepala, mudah lelah, gejala seperti flu, sesak napas, mata berair, sering bersin, hidung tersumbat, dan tenggorokan gatal. "Sebenarnya ini semua berawal dari pernapasan dan kualitas udara," kata Budi.
Budi menjelaskan, setiap tiga detik, manusia pasti akan menghirup udara untuk bernapas. Sekali tarikan napas, sebanyak 500 mililiter udara terhirup. Selama satu menit kita bernapas sekitar 20 kali. Bisa dibayangkan akibatnya jika udara yang masuk ke dalam tubuh sudah terpolusi. Udara yang tidak sehat dengan partikel-partikel polusi sebesar 10 mikron bisa mengakibatkan berbagai infeksi saluran pernapasan akut (ISPA). Tetapi, bagi partikel polusi yang lebih kecil (2,5 mikron), bakal masuk ke paru-paru dan menjadi penyebab penyakit asma.
Udara yang tidak sehat itu terjadi karena adanya kontaminasi dengan sumber-sumber polutan seperti asap rokok, ozon yang berasal dari mesin fotokopi dan printer, volatile organics compounds (sebuah bahan kimia organik berbentuk gas) yang berasal dari karpet, perabotan cat, bahan pembersih, dan dari debu atau karbon yang menempel.
"Bayangkan saja, jika delapan jam berada di ruang tertutup dengan sirkulasi udara yang kurang baik, udara kotor itu akan berputar terus-menerus dan menjadi sumber oksigen utama yang kita hirup. Bahkan, jika ada orang bersin, bakteri-bakteri yang dia keluarkan bisa berputar saja di ruangan tertutup itu," kata dr Budi.
Faktor lain yang menyebabkan SBS, menurut Budi, adanya partikel ozon dan karbon yang terbentuk dari alat-alat elektronik seperti printer atau alat fotokopi. "Alat elektronik itu banyak menggunakan sinar dan energi panas sehingga terbentuknya ozon dan karbon menjadi lebih banyak," ujarnya.
Bahan-bahan ini bisa mengganggu proses pernapasan normal, menyebabkan iritasi mata, untuk kadar 0,3 ppm terjadi iritasi hidung dan tenggorokan, kadar 1,0 sampai 3,0 ppm selama dua jam pada orang sensitif bisa mengakibatkan pusing dan kehilangan koordinasi, lalu pada kebanyakan orang yang terpapar pada kadar 9,0 ppm akan mengakibatkan edema pulmonari.
Menurut Budi, perhatikan pula debu-debu yang menempel pada barang-barang atau kertas-kertas yang tidak tersentuh di kolong-kolong meja kerja. Selain itu debu juga banyak beredar karena saluran udara atau AC yang jarang dibersihkan. Debu-debu ini juga membawa partikel-partikel yang bisa mengganggu kesehatan.
Lalu bagaimana solusi untuk sehat? Budi mengatakan, jika memungkinkan, buka pintu atau jendela di pagi hari sebelum polusi udara di luar tinggi untuk memberi udara segar masuk. Minimalkan penggunaan pengharum ruangan atau larutan pencuci karpet yang baunya cukup tajam.
Selain itu, mintalah pada manajemen gedung untuk meningkatkan perawatan gedung sehingga karpet, perabot, serta meja dan kursi di kantor tidak terlalu berdebu. Hindari pula menyalakan AC secara nonstop dan penyemprotan pewangi ruangan secara berlebihan.
"Sesekali, istirahatkan AC agar kuman tidak keenakan berkembang biak di tempat lembap ini. Mintalah kepada pengurus gedung agar membuka jendela lebar-lebar beberapa menit sebelum AC dinyalakan. Biarkan sinar matahari masuk ke dalam ruangan karena panasnya akan membunuh sebagian besar kuman," ujarnya.
Penting pula untuk memajang tanaman hias di sekitar ruangan serta meja kerja. Sebab, tanaman hias dalam ruangan terbukti mampu menguraikan udara tercemar dalam gedung. Tanaman yang bisa dipilih di antaranya bonsai beringin (Ficus menyamina), palem-paleman (Rhapis), jenis-jenis kaktus kecil (cactus), atau tanaman lidah mertua (Sanseviera)
Source : suaramedia.com
No comments:
Post a Comment